Teori Sosiologi Klasik "Karl Marx"
A.
Karl
Marx
Marx
merupakan tokoh besar dalam sosiologi dimana dia masuk dalam kategoris aliran
klasik, selain Comte, Durkheim, Weber,
Simmel, Spencer, dll. Karl Marx dilahirkan di TrierJerman, daerah rhine tahun
1818. Berasal dari keluarga borjuis dan berpendidikan. Pada usia 18 Marx
belajar hukum di universitas Bonn, kemudian pindah ke Universitas Berlin.
Disana, sewaktu Marx masih muda, begitu terkesima dengan filsafat Hegel, dimana
ketika itu arus besar pengikut Hegel begitu meluas. Padangan Hegel yang
terkenal idealistik, dimana dia percaya bahwa kekuatan yang mendorong perubahan
sejarah adalah munculnya ide-ide dengan mana roh akal budi menjadi lebih
lengkap manifestasinya.Tetapi sebagai penganut Hegel, Marx adalah penganut yang
kritis yang mengembangkan posisi teoritis dan filosofisnya. Tetapi Marx tetap
sepakat dengan bentuk analisa dialektik-nya hegel.
Marx sebenarnya
ingin berkarir di dunia akademis, tetapi karena sponsornya dipecat karena
pandangan-pandangan kiri dan anti agama, maka tertutuplah pintu masuk Marx
untuk ke dunia akademis. Akhirnya marx berkarir di media (surat kabar) sebagai
pemimpin redaksi pada koran yang radikal-liberal. Setelah Marx menikah lalu
Marx pindah ke paris, dan terlibat dalam kegiatan radikal. Paris pada masa itu
merupakan suatu pusat liberalisme dan radikalisme sosial serta intelektual
penting di Eropa. Marx berkenalan dengan pemikir-pemikir penting dalam
pemikiran sosialis dan tokoh-tokoh revolusioner seperti St. Simon. Blanqui,
dll. Hal tersebut akhirnya mengubah keyakinan marx akan penyalahgunaan sistem
kapitalis yang meluas dapat dihilangkan oleh perubahn sosial yang hanya didukung
oleh elit intelektual saja. Pendekatan itu bagi Marx mengabaikan kondisi
materil dan sosial yang sebenarnya dan taraf kesadaran kelas-kelas buruh. Di
Paris Marx bersahabat dengan Friedrich Engels yang berkarya mengenai
interpretasi komprehensif tentang perubahan dan perkembangan sejarah sebagai
alternatif terhadap interpretasi Hegel mengenai sejarah, yang terkenal dengan
The German Ideology.
Pada tahun
1845 Marx diusir dari Paris, atas karya-karyanya yang berbau sosialis. Lalu
akhirnya setelah itu Marx semakin tertarik dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan
sosialis. Semasa hidupnya Das kapital merupakan karya terbesar. Selain
karya-karya Marx yang lain yang akan dijelaskan dalam tulisan ini mengenai
pemikiran-pemikiran Karl Marx, yang tidak hanya dalam Das Kapital.
Pendidikan
Marx menjalani sekolah
di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx
melanjutkan pendidikan nya di Universitas
Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Pada usia nya yang
ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang
mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk
belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia
tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk
mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa
Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu
Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai
tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi
yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan
filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat
itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang
berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of
Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena
Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima
dengan kesan buruk di Berlin. Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat
membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan.
Di Berlin, minat Marx beralih ke
filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa
dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian
dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika
Hegel,
yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik
terhadap politik
dan agama
mapan saat itu.
Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar
doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat
dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif namun kritis terhadap
guru mereka. Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis
yang hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian. Setelah
lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal. Dalam kurun waktu
sepuluh bulan bekerja disana menjadi editor kepala.
Namun, karena posisi politisnya, koran ini ditutup sepuluh
bulan kemudian oleh pemerintah. Esai-esai awal yang di publikasikan pada waktu
itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx
sepanjang hidupnya. Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan
prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dan idealisme muda. Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelian,
impian naif komunis
utopis, dan para aktivis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi
politik prematur. Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan
landasan karyanya. Marx terkenal karena analisis nya di bidang
sejarah yang dikemukakannya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’
(1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya
adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”Marx percaya bahwa kapitalisme
yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah
beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi
keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).
B.
Pemikiran-Pemikiran
Karl Marx
1.
Kapital,
kapitalis dan ploretariat
Marx
menemukan inti masyarakat kapitalis didalam komoditas. Suatu masyarakat didominasi oleh objek-objek
yang nilai utamanya adalah pertukaran yang memproduksi kategori-kategori
masyarakat tertentu. Dua tipe utama yang
menjadi perhatian Marx adalah proleariat dan kapitalis.
Proletariat adalah para pekerja yang
menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat-aat produksi sendiri. Mereka tidak memilik sarana-sarana sendiri
dan pabrik-pabrik sendiri, tetapi marx
percaya bahwa ploretariat bahkan akan kehilangan keterampilan mereka seiring
dengan meningkatnya mesin-mesin yang mengantikan mereka. Karena proletariat hanya memproduksi demi
pertukaran, maka mereka juga konsumen.
Karena mereka tidak memiliki sarana-sarana untuk memproduksi
sarana-sarana untuk memproduksi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, maka mereka
harus menggunakan upah yang mereka peroleh untuk membeli apa yang mereka
butuhkan. Maka dari itu proletariat
tergantung sepenuhnya pada upahnya untuk bertahan hidup. Hal inilah yang membuat proletariat
tergantung pada orang yang memberi upah.
Orang
yang memberi upah adalah kapitalis, jelas adalah kapialis adalah orang-orang
yang memiliki alat produksi. Kapital
adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Dengan kata lain, kapital lebih merupakan
uang yang di investasikan ketimbang uang yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keingginan manusia.
Jadi
kapitalisme adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang, namun Marx mengungkapkan kepada kita bahwa
kapital bukan hanya itu : kapital juga merupakan sebuah resolusi sosial
tertentu. dengan kata lain uang hanya
akan menjadi kapital, karena adanya relasi sosial antara proletariat yang
bekerja dan harus membeli produk dengan orang yang menginvestasikan upahnya.
Kapitalis kapital untuk memperoleh keuntunagan terlihat sebagai kekuatan yang
di bantu oleh alam- suatu kekuatan produktif imanen didalam kapital.
Akhir dari Kapitalisme
Marx sering dijuluki sebagai
bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan
bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari
kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.
Di lain tangan, Marx menulis
bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja
internasional.“Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh
negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil
dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis.
Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada
saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan
yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-
Hubungan antara Marx dan Marxism
adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan
kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya
Marx, Das Kapital
(2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi
penelitian David McLellan yang
menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak
menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi
oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.
2.
Eksploitasi
Bagi Marx, ekploitasi dan dominasi
lebih dari sekedar distribusi kesejahteraan dan kekuasaan yang tidak
seimbang. Ekspliotasi merupakan suatu
bagianpenting dari ekonomi kapitalis.
Tentu saja masyarakat memiliki sejarah eksploitasi, tetapi yang unik
dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang
impersonal dan “objekti”. Kemudian
paksaan jarang dianggap sebagai kekerasan, malah menjadi kebutuhan pekerja itu
sendiri, yang
biasaterpenuhi hanya melaui upah, secara ironis Marx menggabarkan kebebasan
upah kerja ini.
Untuk menggubah uangnya menjadi
kapital ....pemilik uang harus bertemu di dalam pasar dengan buru-buruh bebas,
bebas dalam dua pengrtian, dari satu sisi sebagai seseorang yang bebas dia bisa
mengatur tenaganya sebagai komoditasnya sendiri, dan disisi lain sebagai seseorang yang tidak
memiliki komoditas lain untuk dijual,
dia kekurangan segala sesuatu yang penting untuk merealisasikan
tenaganya.
Para
pekerja menjadi”buruh- buruh yang bebas”, membuat kontrak-kontrak bebas dengan
para kapitalis. Namun , Marx percaya
bahwa para pekerja tidak lagi mampu memproduksi demi kebutuhan mereka
sendiri. Hal ini benar khususnyakarena
biasanya kapitalisme menciptakan apa yang disebut Marx sebagai”tentara
cadangan” dari pengagguran yang mau melakukanya. Inilah misalnya yang ditemukan Barbara
Ehrenreich sebagai tujuan iklan lowongan kerja berupah yang rendah.
Kapitalisme membayar para pekerja
kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup keuntungan untuk diri mereka
sendiri. Hal ini membawa kita pada konsep sentral tentang nilai-nilai
suplus. Nilai surplus di didefinisikan
sebagai perbedaan antara nilai produksi ketika dijual dan nilai elemen-elemen
yang digunakan untuk membuat poduk tersebut (termasuk kerja para pekerja). Kaptalisme biasanya menggunakan keuntungan
ini untuk konsumsi pribadi, akan tetapi hal tersebut belum mengakibatkan
ekspansi kapitalisme. Kapitalis melebarkan
perusahaa mereka dengan menggubah nilai-surplus itu menjadi modal yang akan
menghasilkan nilai-nilai surplus yang lebih banyak. Marx memberiakan sebuah
ibarat, tentang hal ini” kapitalisme merupakan kerja mati, seperi vampir, yang
hiup dengan menhisap kehidupan kerja, dan makan dia hidup, makin banyak kerja
yang dihisapnya”
Marx menggemukakan poin penting
lainya tentang kapital” kapital eksis dan hanya bisa eksis sebagai
kapital-kapital. Maksudnya disini adalah
bahwa kapitalisme selalu di dorong oleh kompetisi yang tiada henti. Kapitalisme
mungkin terlihat terkontrol, meskipun mereka didorong oleh kompetisi yang
konstan antara kapital-kapial. Kapital dipaksa untuk memperoleh lebih banyak keuntungan demi mengakumulasikan
dan menginvestasikan lebih banyak kapital. “ begitulah, kapitalis sama dengan
si kikir dalam sebuah hal yang absolut, yakni memperkaya diri sendiri. Namun
yang terlihat pada si kikir sebagai kegilaan individu, maka dalam kapitlis
terlihat terliha sebagai efek dari mekanisme sosial yan roda penggeraknya
adalah dirinya sendiri.
Keingginan untuk memperoleh lebih
banyak keuntungan dan lebih banyak nilai surplus untuk ekspansi, mendorong
kapitalisme pada apa yang disebut Marx denagan hukum-hukum akumulasi kapital.
Kapitalis berusaha mengesploitasi pekerja semaksimal mungkin: tertendensi konstan kapitalis adalah untuk
memaksaonkos kerja kembali..ke angka Nol”.
Marx berpendapat bahwa struktur dan etos kapitalisme mendorong kapitalis
dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih banyak lagi. Unutk melakukan hal ini, berdasarkan
pandangan Marx bahwa kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk
meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat. Inilah yang mendorong terjadinya
konflik kelas.
3.
Konflik
kelas
Marx sering menggunakan istilah
kelas di dalam tulisan-tulisanya, tetapi
dia tidak mendefinisikan secara sistematis apa yang dia maksud dengan istilah
ini. Biasanya ia menggunakan untuk
menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam
hubunganya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Namun, hal ini belumlah merupakan deskripsi
yang sempurna dari istilah kelas sebagaimana digunakan Marx, kelas bagi marx
selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik. Individu-individu membentuk kelas sepanjang
mereka berada di dalam suatu konflik biasa dengan individu-individu yang lain
tentang nilai-surplus. Di dalam
kapitalisme terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi
upah para buruh dan para buruh yang kerja mereka diupah kembali menjadi nilai
surplus. Konflik inheren inilah yang
membentuk kelas-kelas.
Karena kelas didefinisikan sebagai
sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik, maka konsep ini berbeda-beda baik
secara teoritis maupun historis. Sebelum
mengidentifikasi sebuah kelas, diperlukan suatu teori tentang konflik berpotensi
terjadi dalam sebuah masyarakat. Bagi
Marx sebuah kelas banar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia
sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain.
Tanpa kesadaran ini mereka hanya akan membentuk apa yang disebut marx
dengan suatu kelas di dalam dirinya.
Ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang
sebenarnya, suatu kelas untuk didrinya.
Ada dua macam kelas yang dikemukakan
Marx ketika menganalisis kapitalisme: borjuis dan proletar. Kelas borjuis
merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan
memperkerjakan pekerja upahan. Konflik antar kela borjuis dan kelas priletar
adalah contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Kontradiksi ini
berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Tidak ada satu pun dari
kontradiksi-kontradiksi ini yan bisa di selesaikan kecuali dengan menggubah
struktur kapitalisme. Bahkan sampai
perubahan tercapai, kontradiksi ini, makin memburuk . masyarakat makin berisi
pertentangan antara dua kelas besar yang berlawanan. Kompetisi denagn toko-toko besar dan rantai
monopoli akan mematikan binis-bisnis kecil dan idependen; mekanisasi akan
mengantikan buruh tangan yang cekatan; bahkan kapitalis akan ditekan melalui
cara-cara ampuh unuk memonopli, misalnya dengan melakukan merger semua orang
yang digantikan ini akan terpaksa turun kelas menjadi proletariat. Marx
menyebut pembengkakan yang tak terelakan didalam jumlah proletariat ini dengan
proletarianisasi.
4.
Agama
Marx juga melihat agama sebagai
sebuah ideologi. Dia merujuk pada agama
sebagai candu masyarakat. Marx percaya
bahwa agama, seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun
terbalik. Karena orang-orang tidak bisa
melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem
kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama. Marx dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak
menolak agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung
ilusi-ilusi agama. Bentuk keagamaan ini mudah di kacaukan dan oleh karena itu
selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan
keagamaan sering berada garda depan dalam melawan kapitalisme(lihat,misalnya,
teologis pembebasan)
5.
komunisme
dan Sosialisme
Istilah sosialisme selalu identik dengan sosok Karl
Marx. Padahal pemikiran tentang sosialisme terlampau jauh berkembang sejak abad
ke V – sebelum Marx mulai memikirkan recolusi proletariat. Pemikiran Marx
sendiri tentang sosialisme sebenarnya sudah termaktub dalam beberapa karya dan
budaya Yunani kuno – meskipun terbatas pada objek dari sosialisme itu sendiri.
sosialisme untuk semua digagas oleh Jambulos dan Euhemeros. Jambulos
mendeskripsikan sebuah ‘negara matahari’ dimana segala-galanya – termasuk para
isteri – dimiliki bersama.
Kata ‘sosialisme’ sendiri mucul di Prancis sekitar
tahun 1830, begitu juga ‘komunisme’. Kedua kata ini pada awalnya memiliki makna
yang selaras, namun ‘komunisme’ segera dipakai oleh golongan sosialis radikal,
yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta
mengharapkan keadaan komunis itu dari kebaikan pemerintah, melainkan
semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri (Frans. 2003:14). Sosialisme
pada abad pertengahan memiliki motif-motif yang erat dengan nilai-nilai
religius tertentu, yaitu Kristen. Terutama dalam pertimbanhan
tentang penyambutan Kerajaan Allah, Orang harus bebas dari keterikatan.
Sedangkan memasuki zaman pencerahan, perkembangan
paham sosialisme tidak mampu berkembang pesat. Hal ini disebabkan dominasi
golongan borjuasi yang menuntut kebebasan politik supaya dapat bebas berusaha
dan berdagang untuk kepentingan milik pribadi – sebesar dan sebebas mungkin.
Sejak bergulirnya Revolusi Prancis (1789-1795), sosialisme memasuki era modern
dalam perkembangannya. Keyakinan dasar para pemimpin sosialis modern adalah,
secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja. Milik bersama
dianggap tuntutan akal budi. Mereka meyakini bahwa masyarakat akan berjalan
jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi.
Sejalan dengan perkembangan sosialisme, paham
komunisme sebagai ‘sosialisme radikal’ pun berkembang mengiringi perkembangan
induknya. Sejarah perkembangan kedua pemikiran ini – sampai saat ini – seolah
mengerucut pada pergolakan yang terjadi di belahan Eropa, khusunya Uni Soviet –
sekarang Rusia. Diantara tokoh-tokoh yang memiliki dominasi penuh atas kedua
pemikiran ini adalah Karl Marx, Engels, Stalin, dan George Lukaes. Oleh karena itu,
untuk memahami perkembangan pemikiran sosialis dan komunis, penulis menitik
beratkan kajian pada perkembangan pemikiran Marx, Engels, dan Stalin. Sedangkan
untuk memperkuat pengaruh pemikiran sosialisme dan komunisme modern, tulisan
George Lukaes yang berjudul History and Class Conciousness (1923) tentunya
tidak dapat ditinggalkan.
Sosialisme-nya Marx
Pandangan Marx tentang sosialisme bertentanngan dengan
konsepsi-konsepsi sosialisme yang diciptakan Fourier dan Owen – yang
menciptakan ‘dunia baru’ dimana setiap orang hidup bahagia. Marx berasumsi
bahwa konsepsi tersebuat hanya angan-angan belaka, karena tidak menunjukkan
jalan bagaimana mencapainya. Semua itu utopia, kata Marx, hanya impian belaka.
Disisi lain, Marx sendiri selalu menolak member gambaran sosialisme.
Menurutnya, sosialisme – ilmiah – tidak dapat “membuat resep bagi dapur umum
dimasa datang”.
Sementara itu, untuk membedakan ajaran dari gagasan
sosialisme utopis, Marx menyusun suatu teori sosial yang menurutnya didasari
hokum-hukum ilmiah dan karena itu pasti terlaksana. Marx meyakini adanya
‘hukum-hukum gerak’ dalam masyarakat yang dijalankan dengan prinsip ‘kebutuhan
yang mutlak’ didasarkan pada penjelasan naïf dari kemajuan ilmu pengetahuan
alam (Elster. 2000:31). Pertimbangan moral, menurut Marx, bukanlah dasar bagi
sosialisme. Penilaian bahwa kapitalisme itu jahat dan sosialisme itu baik tidak
berlaku mutlak, melainkan jika syarat-syarat objektif pengahpusan hak milik
pribadi atas sesuatu itu terpenuhi. Hal ini berarti klaim Marx terhadap
sosialisme-nya yang bersifat ilmiah bisa diterima, karena berdasarkan
pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat – yang kemudian
tersohor dengan istilah ‘Pandangan Materialis Sejarah’ (Frans. 2003:137).
Sosialisme yang akan datang menggantikan kapitalisme
adalah buah dari pada perkembangan masyarakat dalam sejarah dibawah pengaruh
hokum dialektik. Menurut Marx, menggunakan jalan ilmiah, sosialisme tidak dapat
ditentukan sekarang bentuk dan rupa masa yang akan datang – artinya susunan baru
pada masyarakat tidak dibuat, melainkan dilahirkan.
Melihat realita sejarah, menurut penulis, sosialisme yang
berorientasi pada terbentuknya ‘masyarakat tidak berkelas’ adalah bagian dari
hegemoni dan upayah manusia mencapai sebuah kesetaraan. Meskipun realita yang
berkembang kini tidak berjalan horizontal, melainkan vertikal.
Konsep sosialisme Marx memang lebih kompleks daripada
filsuf lainnya. Tujuan sosialisme dalam pandangn Marx bukanlah membuat suatu
konstruksi masyarakat dalam suatu sistem yang selesai bentuknya, melainkan
menyelidiki suatu perkembangan sejarah yang melahirkan dua kelas yang
bertentangan, dan kemudian mempelajari betapa berpengaruhnya faktor-faktor
kelas tersebut terhadap kondisi ekonomi masyarakat yang akan melenyapkan
pertentangan tersebut.
Pendapat
Marx diatas dikuatkan oleh Engels dalam bukunya “Perkembangan Sosialisme dari
Utopia sampai ke Ilmu.”Ajarannya adalah bahwa komunisme
merupakan ajaran tentang syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk mencapai
kemerdekaan kaum buruh. Dalam menyusun teori mengenai perkembangan masyarakat,
Marx sangat tertarik oleh gagasan filsuf Jerman George Hegel mengenai
dialektika karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan
pertentangan. Dan unsur inillah yang dia perlukan menyusun teorinya mengenai
perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka
dia merumuskan terlebih dahulu teori mengenai materialisme dialektik
(dialectical materialism). Kemudian konsep-konsep itu dipakainya untuk
menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialisme
historis (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan
sebagai keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering disebut ’analisa ekonomis
terhadap sejarah’. Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah
(yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman
lampau telah berkembang menurut hukum-hukum dialektis yaitu maju melalui
pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu
gerak spiral ke atas sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Atas dasar
analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah dunia
kapitalis akan mengalami revolusi -yang disebutnya revolusi proletariat- yang
akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat kapitalis tersebut, dan akan
meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
6. Kegiatan dan Alienasi
Inti seluruh
teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan
kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif di mana secara aktif orang
terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun, kegiatan produktif itu
mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan
tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif , maka produk-produk kegiatan
ini memiliki sifat sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia yang
membuatnya.
Tentang
alienasi menurut Marx merupakan akibat dari hilangnya kontrol individu atas
kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang dihasilkannya. Pekerjaan dialami
sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan hidup dan tidak sebagai alat
bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan kreatifnya. Alienasi melekat dalam
setiap sistem pembagian kerja dan pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang
paling ekstrem ada di dalam kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal
itu, menurunkan kodrat manusia menjadi komoditi, dilihat sebagai satu
pernyataan hukum alam dan kebebasan manusia. bentuk ekstrem alienasi itu
merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya.
Marx
menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam
pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia
menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak,
produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi benda yang berada di luar kontrol
manusia yang menciptakannya yang menghambat kreativitas mereka selanjutnya.
Bagi Marx
alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh
dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan
tidak menjangkiti manusia lagi.
C.
Kritik
Terhadap Karl Marx
Ada beberapa problem dari dalam
teori Marx yang harus didiskusikan, pertama problem yang secara aktual terdapat
dalam komunisme. Kegagalan masyarakat-masyarakat komunis dan perubahanya menjadi ekonomi yang
lebih berorientasi kapitalistis memaksa kita mempersoalkan apakah makna semua
ini bagi peran teori Marxian. Ide-ide
Marx kelihatanya telah diuji dan ternyata gagal .
Problem kedua yang sering
dikemukakan adalah tidak adanya subjek emansipatoris. Inilah ide baru teori Marx menempatkan
proletariat di jantung perubahan sosial yang akan menggiring kepada
komunisme, namun pada kenyataanya,
proletariat jarang memperoleh posisi ini dan sering termasuk ke dalam
kelompok-kelompok yang menentang komunisme.
Problem
ketiga adalah hilangnya dimensi gender.
Salah satu poin utama teori Marx adalah bahwa kerja menjadi sebuah
komodias di bawah kapitalisme, sementara pada fakta historisnya ini lebih sedikit
terjadi pada wanita ketimbang laki-laki.
Untuk tingkat yang lebih luas, kerja laki-laki yang di upah tergantung
pada kerja wanita yang tidak di upah, sebab pertumbuhan tenaga kerja tergantung
kerja wanita yang tidak di upah.
Problem
ke empat adalah bahwa Marx melihat ekonomi sebagai sesuatu yang dikendarai oleh
produksi dan mengabaikan aturankonsumsi.
Fokusnya pada produksi menggiringinya untuk mempredisikan bahwa
masalah-masalah efisiensi dan pemotongan upah akan menggiring pada
ploterarianisasi, peningkatan alienisasi dan semakin meruncingya konflik kelas.
Terakhir,
sebagian mengaggap Marx tidak kritis dalam menerima konsepsi kemajuan barat
sebagai sebuah problem, Marx percaya bahwa mesin sejarah adalah manusia yang
selau menigkatkan eksploitasi terhadap alam demi kebutuhan-kebutuhan
materialnya. Di samping itu Marx yakin
bahwa hakikat manusia adalah kemampuannya untuk mengelola alam demi mencapai
tujuan-tujuanya. Asumsi inilah yang
barangkali jadi penyebab banyaknya krisis lingkungan saat ini dan dimasa
datang.
Ringkasan
Marx menghadirkan suatu analisis
yang kompleks dan masih relevan tentang dasar-dasar historis ketidaksetaraan di
dalam kapitalisme dan bagaimana cara mengubahnya. Walaupun teori-teorinya terbuka untuk
berbagai interpretasi, namun kita tidak mencoba untuk menghadirkan interpretasi
tentangnya yang membuat teori-teorinya konsisten dengan studi-studi historis
aktualnya.
Marx percaya bahwa masyarakat
terbentuk di sekeliling kontradiksi-kontadiksi yang hanya bisa di selesaikan melauli
perubahan sosial yang aktual. Salah satu kontradiksi mendasar yang di lihat
Marx adalah antara sifat dasar manusia dan syarat-syarat kerja di dalam
kapitalisme. Bagi Marx sifat dasar
manusaia dikaitkan dengan kerja yang mengekspresikan dan mentranfomasikan
hakikat kita. Dibawah kapitelisme, kerja
kita kita dijual sebagai komoditas, dan hal lain menyebabkan kita teraliensi
dari aktivitas produktif kita.
Tujuan-tujuan yang kita buat, rekan-rekan kerja kita, dan bahkan diri
kita sendiri.
Analisis marx terhadap masyarakat
kapitalis. Kita mulai dengan konsep
sentral tentang komoditas-komoditas, kemudian melihat kontradiksi antara
nilai-guna komoditas tersebut dan nilai-tukarnya. Di dalam kapitalisme, nilai komoditas tukar
cenderung melebihi penggunaanya yang aktual di dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia, oleh karena itu, komoditas-komoditas mulai tampak
terpisah dari kerja manusia dan kebutuhan manusia dan pada akhirnya tampak
menjadi berkuasa atas manusia. Marx
menyebut hal ini dengan fetisisme komoditas.
Fetisisme ini merupakan suatu bentuk reifikasi, dan pengaruhnya lebih
dari sekedar terhadap komoditas-komoditas: secara khusus, mempengaruhi sistem
ekonomi yang mulai terlihat seperti kekuatan objektif dan nonpolitis yang
menentukan kehidupan manusia. Karena refikasi ini, kita tidak melihat bahwa ide
kapital memuat suatu relasi sosial yang kontadiktif antara orang-orang yang
mengambil keuntungan dari investasi-investasi dan orang-orang yang bekerja
menyediakan nilai-surplus yang membentuk keuntungan. Marx percaya kalau kapitalisme adalah sesuatu
yang baik dan bahwa kritik pedasnya terhadap kapitalisme adalah sesuatu yang
baik dari sudut kemungkinannya dimasa yang akan datang.
Marx merasa mampu memperkirakan nasib kapitalisme dimasa
depan karena dia berpegangan pada pemahaman materialisme historisnya. Dengan
fokus pada kekuatan produksi, Marx mampu memperkirakan tren sejarah yang
memungkinkanya menentukan di titik-titik mana saja aksi-aksi politik dapat
efektif. Aksi dan refolusi politik
sangat diperlukan karena relasi produksi dan ideologi menentukan perkembangan
kekuatan-kekuatan produksi. Dalam pandangan
Marx perubahan-perubahan ini akhirnya akan melahirkan masyarakat komunis.